Dari Lab ke Ledger: Bisakah Blockchain Percepat Persetujuan Obat?
Perjalanan sebuah obat dari laboratorium riset hingga rak apotek adalah proses yang panjang, mahal, dan penuh tantangan. Statistik menunjukkan bahwa dibutuhkan rata-rata 10-15 tahun dan biaya lebih dari $2,6 miliar untuk membawa sebuah obat baru ke pasar. Hanya 12% dari obat yang masuk tahap uji klinis yang akhirnya disetujui untuk digunakan publik. Data dari Tufts Center for the Study of Drug Development ini menunjukkan perlunya reformasi besar dalam proses ini.
Teknologi blockchain muncul sebagai inovasi yang berpotensi mengubah industri farmasi, menawarkan solusi untuk mempercepat proses pengembangan obat. Dengan kemampuannya meningkatkan transparansi, jejak rekam, dan integritas data, blockchain bisa mempercepat persetujuan obat sekaligus memperkuat kepercayaan dalam ekosistem farmasi. Tapi, akankah blockchain benar-benar mampu mewujudkan janji tersebut?
Kendala dalam Pengembangan Obat Saat Ini
1. Kerangka Regulasi yang Kompleks: Proses regulasi yang rumit dan berbeda-beda antar negara memperlambat pengembangan obat. Di India, misalnya, proses persetujuan klinis sering tertunda oleh persyaratan yang tumpang tindih, sementara di EU, regulasi berbeda di setiap negara bagian menghambat peluncuran terapi seperti Kymriah dari Novartis.
2. Ketimpangan Data: Keterbatasan dalam berbagi data secara efisien antara peneliti, CRO, dan perusahaan farmasi menyebabkan proses tertunda dan biaya membengkak. Pandemi Covid-19 memperlihatkan hambatan dalam berbagi data patogen yang menghambat kolaborasi global.
3. Integritas Data dan Penipuan: Data yang tidak akurat, dimanipulasi, atau hilang dapat menggagalkan validitas penelitian dan berisiko membahayakan pasien. Kasus Dr. Scott Reuben yang melakukan penipuan riset besar adalah contoh nyata dari bahaya ini.
4. Rekrutmen dan Retensi Pasien: Target rekrutmen yang sulit dicapai dapat menyebabkan trial gagal dan menambah biaya. Sekitar 80% uji klinis gagal memenuhi target rekrutmen tepat waktu, dan 55% berakhir dini, menimbulkan kerugian hingga jutaan dolar. Upaya meningkatkan motivasi dan partisipasi pasien sangat penting.
Blockchain: Inovasi untuk Rantai Pasok dan Pengembangan Obat
Blockchain menawarkan pendekatan revolusioner untuk mengatasi masalah tersebut. Sistem yang desentralisasi dan tidak dapat diubah memastikan data klinis tetap aman, akurat, dan dapat dilacak. Fitur utama meliputi:
1. Transparansi dan Keamanan: Data klinis yang tercatat dengan timestamp dan tidak bisa dimanipulasi meningkatkan kepercayaan dan memudahkan audit.
2. Smart Contracts: Automasi alur kerja, seperti persetujuan etik atau pelepasan dana, yang berjalan otomatis saat kondisi tertentu terpenuhi.
3. Tokenisasi: Insentif berbasis token dapat meningkatkan partisipasi dan motivasi pasien, serta para stakeholder lain.
4. Interoperabilitas: Integrasi dengan standar HL7 FHIR memungkinkan pertukaran data yang mulus dengan sistem EHR yang ada.
Studi Kasus
Pada 2021, startup Belanda Triall bermitra dengan Mayo Clinic mengaitkan catatan uji klinis ke blockchain, menciptakan jejak audit yang dapat diverifikasi, meningkatkan efisiensi pengelolaan dokumen, dan memungkinkan aplikasi skala besar di masa depan. Teknologi ini menunjukkan bahwa blockchain dapat diintegrasikan dengan sistem lama tanpa mengurangi keamanan.
Tantangan yang Masih Ada dalam Adopsi Blockchain:
- Kurangnya kepercayaan dari sebagian regulator
- Ketidakcocokan sistem Elektronik Rekam Medis (EHR) di rumah sakit
- Skalabilitas data yang besar bisa memperlambat performa sistem
- Kekhawatiran soal transparansi di kalangan perusahaan besar
Peran HUMB dan Ekosistem Tokenisasi
Platform seperti HUMB mendukung visi ini dengan cara:
- Menyediakan likuiditas untuk token penelitian dan klinis.
- Mengintegrasikan aplikasi desentralisasi (dApps) untuk pengelolaan uji klinis dan keterlibatan pasien.
- Memanfaatkan token untuk mendorong partisipasi dan pendanaan berkelanjutan, terutama di bidang yang kurang mendapatkan dana seperti penyakit langka.
Kesimpulan
Dari data yang terpisah dan proses yang lambat, industri kesehatan membutuhkan inovasi untuk mempercepat terobosan baru. Blockchain berpotensi mengubah cara data dikelola, meningkatkan transparansi, dan mengurangi biaya. Namun, keberhasilannya memerlukan perubahan paradigma kolaborasi antar stakeholder, regulasi yang mendukung, dan inovasi berkelanjutan.
Apakah kita siap untuk merombak sistem dari lab hingga ledger dan mempercepat waktu obat mencapai pasien? Kolaborasi antara inovator, pembuat kebijakan, dan teknologi keuangan akan menentukan langkah kedepannya.